Oleh : Dra. Sri Suprapti, Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 8 Surakarta No. Hp. 081329405977.
Kebudayaan Jawa itu beraneka macam
wujudnya, misalnya ungkapan, upacara adhat, peristiwa budaya, termasuk tradisi bancakan,
syukuran atas keberhasilan, dsb. Banyaknya budaya di Indonesia menjadikan aset
atau kekayaan yang tidak bisa dihitung secara materiil seperti sumber daya alam
lainnya. Tetapi kita bisa melihat, bahwa bangsa kita sudah mulai meninggalkan
budaya yang sudah ada. Padahal, kalau bisa haruslah dilestarikan supaya tidak
mudah hilang apalagi dianggap sebagai budaya bangsa lain. Saat ini kita bisa
melihat, kurangnya perhatian dari pemerintah untuk melestarikan kebudayaan yang
ada di Indonesia. Sebenarnya juga bukan semua warga masyarakat yang melupakan
tradisi budaya kita. Masih banyak orang yang dengan tulus ikhlas melestarikan
dan menjaga budaya tersebut di tengah-tengah arus budaya barat yang masuk ke
Indonesia. Inilah saatnya untuk melestarikan tradisi bancakan weton, dekahan,
kupatan dan syukuran di wilayah Jawa yang kita cintai ini. Apakah anda tahu
arti dan makna tradisi bancakan dalam kebudayaan ini ? Kegiatan ini termasuk suatu perbuatan melestarikan
kebudayaan Jawa yaitu tradisi bancakan. Yang akan saya sampaikan di sini adalah
arti dan makna tradisi bancakan yang ada ditempat di mana samar-samar masih
tetap dilestarikan oleh warga masyarakat yang mendukung.
Di dalam masyarakat tertentu di wilayah Jawa, diceritakan seorang ibu yang
beruasaha membuat bancakan mulai dari masih kecil sampai akil baligh. Ada yang berpendapat bahwa, bancakan tidak
sesuai dengan ajaran agama, nyatanya tidak banyak yang menyetujui. Terbukti
masih banyaknya masyarakat yang melaksanakan budaya bancakan bahkan dari
berbagai macam agama seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindhu dan Budha. Tradisi
bancakan ini artinya masih ada walaupun yang melakukan sudah berkurang. Tradisi
bancakan ini termasuk budaya yang dilakukan oleh warga masyarakat dari berbagai
agama dan kepercayaan. Masyarakat yang masih melakukan tradisi bancakan, mereka
berpendapat bahwa budaya ini ada hubungannya dan sangat berguna bagi masyarakat
yang mendukung.
Bancakan ini sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terkabulnya semua keinginannya. Sarana
bancakan itu antara lain : nasi urap ( gudhangan ) , telor rebus dan juga jajan
pasar ( Ensiklopedi Kebudayaan Jawa, 1999 : 53 ). Tradisi warga masyarakat yang
menjalankan bancakan hari pasaran yang dilaksanakan di hari kelahiran menurut
hitungan kalender Jawa yang berputar 35 hari lamanya. Artinya diperingati
setiap 35 hari sekali. Lain kalau ulang tahun yang diperingati setahun sekali
sesuai dengan hari kelahirannya. Yang biasa dilakukan oleh orang Jawa dalam
memperingati hari kelahiran adalah laku
prihatin contohnya dengan berpuasa tiga hari yaitu puasa tepat hari
kelahiran ditambah satu hari sebelum dan sesudahnya., mutih ( seharian hanya makan nasi putih dan minum air putih tanpa
puasa, jadi tidak menjalankan puasa,ada lagi berpuasa tiga hari sebelum
kelahiran, puasa lima hari sebelum kelahiran dan puasa-puasa yang lainnya, melek
(tidak tidur) selama 24 jam dimulai dari terbenamnya matahari tepat masuk
hari kelahiran dan diakhiri sampai terbenamnya matahari sambil menyiapkan
sesaji berupa bubur empat warna dan
sesaji yang mempunyai makna yang baik. Menyiapkan sesaji ini memberutahukan
sebagi rasa syukur terhadap Tuhan Yang maha Kuasa. Tradisi merupakan segala
sesuatu adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran agama dsb yang turun temurun (
WJS. Poerwadarminto, 1985 : 102 ).
Bancakan Dekahan masih dilestarikan untuk menjaga tradisi dan kebudayaan
lokal supaya tidak hilang. Selain itu karena kepercayaan masyarakat mengenai
mitos yang masih kuat dengan adanya dhanyang
ndesa yang akan marah apabila tidak
menjalankan tradisi dekahan. Tradisi pesta adhat setelah selesai panen yang
tujuannya merupakan tanda syukur selesainya panen sekaligus mohon berkah supaya
mereka mendapatkan hasil yang lebih banyak dikemudian hari. Dekahan biasana
dilakukan di Bale Desa / Kelurahan yang dipimpin oleh sesepuh / tokoh agama.
Sebelum acara dimulai mengadakan pertemuan lebih dahulu untuk membicarakan
kapan pertemuan dilaksanakan dan apa
yang akan dilaksanakan. Tidak lupa juga membicarakan tentang iuran / sumbangan
yang harus disetorkan panitia. Ada yang ditentukan paling sedikit 50 ribu
rupiah tetapi ada juga yang ikhlas
memberi sumbangan yang lebih besar.Setelah selesai bancakan dekahan perangkat
desa biasanya melanjutkan acara dengan mengadakan wayangan. Di sini tradisi yang khas yaiutu dengan adanya ingkung
ayam utuh yang wajib dibawa ibu-ibu yang datang dalam acara tersebut. Ada juga
hasil bumi seperti pisang, sayuran juga ada nasi bumbu gurih dan tumpeng.
Sedangkan anak-anak yang datang membawa besek ( tempat untuk nasi ). Menurut
warga masyarakat yang mendukung, bancakan dekahan dianggap penting karena akan
membawa berkah bagi mereka dan apabila tidak dilaksanakan akan mendapatkan
bahaya seperti padi yang kena hama, kena penyakit atau malah gagal panen.
Kupatan, bancakan yang mempunyai niat
sodakoh yang berari tata susila batin menuju ke budi luhur dengan jalan yang
muda berkunjung ke yang lebih tua . Dan yang tua memberi berkah karena manusia
itu tempatnya salah. Maka untuk menghilangkan kesalahan bagi manusia diwujudkan
dengan memberi ketupat. Kupatan ini dilakukan tujuh hari setelah hari raya
artinya menyampaikan rasa syukur sudah selesainya menjalankan puasa sebulan
lamanya. Dan disempurnakan dengan puasa sunah enam hari lamanya kemudian
ditutup dengan kupatan. Biasanya tempat untuk digunakannya yaitu tempat yang
dahulunya pernah digunakan seorang Raja mencari ilmu seperti : sanggar, lereng
gunung, pantai, goa, makam dan tempat yang dianggap keramat. Upacara tradisi bancakan
kupatan berupa arak-arakan, paling depan membawa sesaji kemudian berjalan
dengan membaca tahlil dipimpin oleh sesepuh desa. Kalau sudah sampai ditempat
yang dituju. Kupat dibagikan kepada warga yang datang dengan doa yang intinya
membersihkan dosa / menghilangkan salah dan dosa yang dilakukan dengan sesama
mahluk Tuhan. Makna kupatan ini sebagai kepercayaan tujuh hari setelah hari
raya arwah leluhur pulang kembali menengok sanak saudaranya. Juga sebagai rasa
syukur kepada Allah selesai puasa tujuannya untuk menebus dosa . Kupat sendiri
berupa anyam-anyaman dari janur berujud kotak / kubus berisi beras putih.
Disiapkan dengan ditambah sayur tanpa daging dan jajan pasar. Bagi pendukung
dekahan kupatan itu artinya saya menyampaikan kesalahan ( kula ngaturaken kalepatan ) Ada lagi bancakan rasa syukur karena
sedang mendapatkan kenikmatan misalnya :
lulus sekolah / kuliah, mendapatkan pekerjaan yang cocog, pulang dari ibadah haji, sehat dari penyakitnya, dsb.
Semua yang dilakukan menjadi ciri khas warga masyarakat Jawa yang masih banyak
melakukannya. Karena keadaan seperti itu
merupakan kenikmatan yang tidak disangka-sangka. Ada yang membuat bancakan
dengan dibuat sendiri, tetapi ada yang juga memesan dengan alasan ribet.
Bancakan itu kemudian dimakan
bersama-sama saudara dan tetangganya.
Bancakan syukuran tidak melakukan puasa seperti bancakan weton. Makna bancakan syukuran ini tujuannya sama
yaitu simbol ucapan syukur kepada Tuhan yang Maha esa agar selamat tidak ada
halangan apa-apa sekarang dan selamanya.
Pengamat budaya, bancakan ini menjadi simbol/ ciri arti rasa
syukur kepada Tuhan Dalam ajaran agama
apapun mengharapkan supaya kita berbagi kepada siapa saja.Tujuannya supaya
diberi keselamatan dari Tuhan, ayem, tenteram dan terkabulnya keinginan Apa
tradhisi weton, dekahan, kupatan, dan tradisi syukuran akan anda teruskan ke
anak cucu ? Apabila tidak dilakukan, terus bagaimanakah anda ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar